Perayaan HAN di Gampong Alue Deah Teungoh...

Spanduk Perayaan Hari Anak Nasional dengan tema
"Wujudkan Lingkungan Tumbuh Kembang Anak yang Aman, Nyaman dan Damai"
Banda Aceh (25/7/16)--Bergembira ketika masih anak-anak adalah hal yang paling menggembirakan yang penah kita rasakan. Apakah ini juga akan dirasakan oleh anak-anak kita sekarang, dimana perkembangan teknologi sangat tinggi, sehingga anak-anak lebih mengenal yang namanya gadget dari pada permainan tradisional yang sering dimainkan orang tua mereka dulu.  Saat ini, permainan individu lebih diperkenalkan kepada anak ketimbang permainan tradisional. Ini mungkin dikarenakan keaman, kenyamanan, dan perdamaian yang sudah tidak ada lagi, sehingga menuntut orang tua lebih berhati-hati menjaga anak-anaknya dari kekerasan yang sekarang marak terjadi tehadap anak-anak.

Perayaan Hari Anak Nasional jatuh pada tanggal 23 Juli 2016. Namun, perayaan dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2016, di Gedung Escape Building, Gampong Alue Deah Teungoh. sekitar 80 orang anak ikut berpartisipasi pada kegiaan ini, mulai dari tingkat Taman Kanank-Kanak (TK) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ikut dalam acara ini. Acara dibuka oleh Ketua Panitia Bersama, Sudarliadi. Tidak banyak yang disampaikan karena waktu yang ada lebih difokuskan untuk bermain bersama anak-anak yang telah hadir.

Acara dibuka oleh Sudarliadi, Ketua Panitia Bersama HAN 
Kegiatan yang dilakukan cukup sederahan, hanya bermain bersama anak-anak dan diskusi dengan orang tua. Sebelum acara puncak dimulai, anak-anak diminta untuk berbaris dan menyebutkan "yel-yel" pemberi semangat agar acara tidak kaku. Sesi ini dipimpin oleh Nanda. anak-anak diminta untuk mengikuti aba-aba yang diberikan. "Mana suara mu", "Ini suara ku", anak-anak menjawab dengan serentak. Selajutnya "tepuk satu kali", lalu anak-anak menepuk tangannya sekali secara serentak begitu seterusnya sampai dengan tepuk tiga kali. 

Anak-anak sedang menunggi dimulainya permainan yang akan dimainkan bersama-sama
Dari sekian banyak permainan tradisional yang ada, permainan "tikus dan kucing" menjadi pilihan karena bisa dimainkan bersama-sama tanpa ada batasan orang. pada saat akan bermain, kelompok dibagi dua yaitu kelompok laki-laki dan perempuan. Kelompok laki-laki difasilitasi oleh nanda sedangkan yang perempuan difasilitasi oleh Bang Taufirk Riswan.

Anak-anak sedang bersiap-siap untuk permainan Tikus dan Kucing yang difasilitasi oleh Nanda
Kegiatan sosialisasi bahasa isyarat, diberikan untuk kelompok remaja. Belajar mengenal huruf abjad dengan menggunakan jari mulai dari huruf A-Z. kegiatan ini difasilitasi langsung oleh Nayatun (Yayuk) penyandang tunarungu, dibantu oleh Erlin (pengguna kursi roda) dan Vira, sebagai panitia HAN.

Lembaga yang hadir untuk memriahkan acara iana diantaranya Yayasan PULIH, Young Voices Indonesia Aceh, Puliher Institude, Yayasan Anak Bangsa (YAB), Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan (RPuK), Solidaritas Perempuan (SP), Flower Aceh, dan lain-lain. 

Related Posts:

Siapa dan Kenapa?

Ibu.....
Kapan kaki ku bisa tumbuh dan memakai sepatu?
Kemana kedua kakiku, ibu?
Siapa yang mengambilnya?
Apakah setelah aku TK, kakiku akan tumbuh seperti kakak?
Aku ingiiiiin sekali memakai sepatu juga
Ibu, kenapa menangis?

Ibu..... 
Sekarang aku akan sekolah TK
Kakiku belum juga tumbuh....
Tapi aku sekarang tidak ingin punya kaki
Aku tahu aku masih bisa berjalan dengan dua lutut dan tangan ku

Lihat ibu...
Jika ibu guru itu tidak mau aku sekolah karena aku tidak punya dua kaki dan takut aku tidak bisa sekolah seperti yang lain
Mereka salah

Ibu turunkan aku....
Aku akan berjalan bahkan berlari di dalam kelas dan halaman sekolah
Bu Guru, LIHAT.....
Ini cara ku berjalan, naik bangku dan berlari....
Aku mampu menguasai dunia walau kakiku tak Utuh
Aku bangga dengan kakiku ini
Jangan kau mengasihani aku
Jangan kau melihatku aneh
Dunia tidak tahu
Allah memberikan yang terindah kepadaku
yang tidak orang miliki
Aku hanya ingin Bersekolah dan meraih cita-citaku
Walau ayahku miskin..... tapi kami kaya Hati
Akan ku Genggam dunia
Dengan kerjakeras dan kemampuanku
Bukan dengan air mata penyesalan
Aku tidak cengeng karena dua kakiku
Aku tidak sedih karena tidak kaya
Aku bersedih disaat Orang memandangku RENDAH
Bersedih disaat orang sibuk mencari uang dengan segala cara
Hanya Tuhan yang akan selalu menyertai langkahku
Hingga aku dewassa kelak
By: Teman Disabilitas

Baca Juga:

Related Posts:

Jangankan Merayakan, Selembar Spandukpun Tidak Kelihatan... (Hari Anak Nasional)

Foto bersama para aktivis sambil memegang tulisan
pesan-pesan positif untuk  anak Indonesia
Banda Aceh (24/7/16) -- Perayaan Hari Anak Nasional (HAN) yang diinisiasi oleh lembaga Yayasan PULIH dan partner pada tanggal  23 Juli 2016 di Lapangan Balang Padang di bawah Pesawat RI  pertama Indonesia, tidak banyak orang tahu. Ini dapat dilihat betapa sepinya moment ini di Banda Aceh. Peringatan hari anak ini hanya di lakukan oleh lembaga-lembaga yang peduli terhadap hak anak termasuk dalam peringatan hari HAN. Hanya lima lembaga atau organisasi saja yang hadir dalam memeriahkan hari ini yaitu Yayasan PULIH selaku lembaga yang menginisiasi kegiatan ini, Yayasan Anak Bangsa lembaga yang konsen terhadap hak anak, Puliher Institude, Young Voices Indonesia Aceh, dan Bhineka Tunggal Ika (BTI) adalah lembaga yang ikut mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Sharing kegiatan yang sedang disampaikan oleh Bang Taufik Riswan
"Momen Hari Anak Nasional, tidak banyak lembaga yang berminat untuk merayakan kegiatan HAN ini tepat di hari H-nya. Jangankan untuk membuat perayaan, ucapan Selamat Hari Anak Nasional saja, tidak ada satu sepandukpun yang terlihat," kata Taufik Riswan (Pimpinan Yayasan PULIH Aceh) saat menuju ke Blang Padang.

Catatan-catatan pesan motivasi, semangat, dan perdamaian
dari para aktivis yang peduli terhadap hak anak 
Tidak banyak kegiatan yang dilakukan, peserta yang hadir hanya menuliskan pesan-pesan motivasi, semangat, perdamaian dan lain-lain yang sifatnya positif untuk anak-anak. Ditengah-tengah sesi, anak SMP Negeri 17 ikut berpartisipasi. Selain menulis pesan berhitung cepat juga diberikan kepada anak-anak SMP (bermain sambil belajar). Kegitan ini adalah salah satu rangkaian acara yang dilakukan sebelum hari puncaknya, Minggu tanggal 24 junli 2016. 

Alangkah indahnya momen ini jika semua anak dapat merayakan dan merasakan meriahnya hari mereka (anak-anak). Namun, dalam hal ini, beberapa pihak masih belum menganggap bahwa HAN itu bukanlah sebuah hal yang penting dibanding kegiatan politik yang saat ini sedang hangat dibicarakan. 
"Saat ini kami masih belum berarti. Tapi nanti, suatu saat kami akan manjadi kebanggaan negeri"
Facilitator Young Voices Indonesia Aceh


Anak SMP Negeri 17 Kota Banda Aceh, berpartisipasi dalam kegiatan HAN

Bermain sambil belajar berhitung cepat

Para aktivis sedang menulis pesan-pesan positif untuk anak-anak Indonesia


Sudarliadi, sedang menulis pesan-pesan untuk Anak Indonesia
Baca juga:
Rapat persiapan han ternyata bukan....


Related Posts:

Pembentukan Panitia Simulasi Bencana bagi Penyandang Disabilitas


Persiapan Pelaksanaan Simulasi Gempa Bumi dan Tsunami
bagi Penyandang Disabilitas 
Banda Aceh (22/7/2016)--Pertemuan pembentukan panitia dan penyusuna skenario simulasi gempa bumi dan tsunami bagi penyandang disabilitas di Gedung Aceh Community Center (ACC) Kota Banda Aceh (21/7/2016). Petemuan difasilitasi oleh Bapak Andi (Project Manager IOM). Pertemuan dihadiri oleh Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banda Aceh, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Kota Banda Aceh, Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh, Dinas Sosial Kota Banda Aceh, Lembaga Pemberdayaan Sumberdaya Tunanetra Aceh (LEMPESTA), FKMBKA, BPBD Kota Banda Aceh, Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Aceh, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Aceh, Geuchik Gampong Deah Geulumpang, Natural Aceh dan Young Voices Indonesia Aceh.

Kegiatan simulasi di inisiasi oleh Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA) di dukung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota banda Aceh dan International Organization for Migration (IOM) Aceh.

"Simulasi ini sudah direncanakan pada bulan November 2015. Namun, dengan banyaknya kegiatan dan kendala,maka baru sekaranglah simulasi ini dapat dilkukan. Ide ini muncul dari pengalaman gempa bumi dan tsunami tahun 2004 lalu. Ada dua orang penyandang disabilitas netra yang menjadi korban yaitu Asmawati dan Mawarni yang tinggal di Lampulo. Belajar dari bencana itulah maka kami ingin dilakukannya simulasi ini. Dengan harapan, tidak ada lagi penyandang disabilitas yang menjadi korban. Selain itu, kita juga belajar dari teman-teman Klaten yang sudah melakukan simulasi bencana gunung meletus. Sejak tahun 2005, sampai dengan berakhirnya program BRR, tidak ada organisasi atau lembaga yang berfikir untuk melakukan kegiatan ini," kata Pak Syarifuddin (ketua FKMBKA) berbagi infromasi pada sesi diskusi.   
Dari kiri Foto: Pak Syarifuddin  (ketua FKMBKA), Ibu Aflinda (Ketua HWDI Aceh),
Erlina Marlinda (Facilitator Young Voices Aceh), dalam rapat pembentukan panitia
 simulasi  gempa bumi dan tsunami bagi penyandang disabilitas 
Rencana awal, kegiatan ini akan dilakukan oleh penyandang disabilitas yang berada di Kota Banda Aceh dan Kab. Aceh Besar. Namun, dengan berjalannya waktu, kegiatan ini akhirnya akan dilakukan oleh penyandang disabilitas Kota Banda Aceh dan wilayah sekitarnya. Fokus rapat kali ini membahas tentang "pembentukan panitia simulasi dan penyusunan skenario simulasi". Simulasi akan dilaksanakan di Gedung Escape Building Gampong Deah Geulumpang. Dalam kegiatan ini nantinya juga  melibatkan warga gampong. Tapi, mengenai siapa yang terlibat, belum ada pembahasan. Namun untuk simulasi penyandang disabilitas keterlibatan pihak gampong seperti Ketua Pemuda, Geuchik, Tuha Peuet dan lain-lainnya pasti akan dilibatkan. 

Dari kiri foto: PMI Aceh, Dinas Sosial Kota Banda Aceh, Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh,
peserta rapat yang ikut berpatisipasi pada kegiatan simulasi bencana bagi penyandang disabilitas
Ide awal simulasi ini adalah simulasi mandiri, dimana penyandang disabilitas, keluarga dan lingkungan terdekat mampu melakukan evakuasi mandiri saat bencana terjadi. Jadi, bentuk simulasi ini nantinya 70% adalah simulasi mandiri. Sedangkan yang 30% lagi simulasi umum, dimana mulai ada keterlibatan pihak luar yang juga berperan dalam penanganan evakuasi penyandang disabilitas.Simulasi ini bertujuan untuk memberikan materi dan pemahaman tentang kebencanaan kepada penyandang disabilitas. Jumlah peserta dan panitia yangkaan terlibat langsung kurang lebih 200 orang dengan rincian penyandang disabilitas 100 orang, keluarga/pendamping 30 orang, dan 70 orang lagi relawan dan masyarakat.Selain itu, simulasi ini juga sebagai test kasus untuk melihat kesiapan gedung menjadi Tempat Evakuai Sementara (TES) dan juga ketersediaan akses bagi penyandang disabilitas. 

Untuk skenario,  tempat evakuasi tidak hanya sebatas di TES saja, tetapi juga sampai ke Tempat Evakuasi Akhir (TEA). pada hari pelaksanaan, peserta akan ada emapt titik kumpul, masing-masing akan ada perintah untuk melakukan kegiatan yang telah disepakati. Skenario akan dibahas lagi pada pertemuan selanjutanya pada tanggal 27 Juli 2016. untuk survey lokasi kegiatan akan dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2016.  

Dari kanan foto: Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh, RAPI Kota Banda Aceh, BPBD Kota Banda Aceh,
peserta rapat yang ikut berpatisipasi pada kegiatan simulasi bagi penyandang disabilitas
Harapan dari terselenggaranya kegiatan ini nantinya adalah Kota Banda Aceh sebagai rol model kota yang sudah menghasilkan tim evakuasi yang peduli penyandang disabilitas dan sudah tersedianya tempat titik aman. Ini semua belum ada di daerah lain. jika ini berhasil maka Banda Aceh adalah yang pertama.      

     

Related Posts:

Rapat persiapan HAN: Ternyata... Bukan hanya Pendidikan saja yang jadi Masalahnya...




Rapat persiapan Hari Anak Nasional (HAN) di kantor Yayasan PULIH Aceh.

Banda Aceh (21/7/2016) -- Rapat di kantor Yayasan PULIH, pada tanggal 19 Juli 2016, dengan agenda pertemuan  "Finalisasi Kegiatan Peringatan Hari Anak Nasional (HAN)". Pertemuan dipimpin oleh Sudarliadi, seorang pemuda yang memiliki semangat yang tinggi untuk memperjuangkan hak-hak sesama. Adapun pembahasan yang dibahas saat rapat adalah penetapan bentuk kegiatan, penanggung jawab kegiatan, tempat dan waktu. Rencananya akan ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan, diantaranya bermain dengan anak-anak (bermain permainan tradisional dan membaca buku), Selanjutnya Sosialisasi hak anak kepada orang tua, dan sesi diskusi untuk perempuan (ibu-ibu Gampong Alue Deah Teungoh). Sebelumnya pertemuan persiapan sudah dilakukan pada tanggal 16 Juli 2016, dengan agenda menyusun jenis kegiatan dan peserta yang akan dilibatkan. 

Adapun bentuk kegiatan yang akan dilakukan adalah bermain bersama anak-anak dengan tema "Bergembira Bersama Anak". Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk advokasi hak-hak anak, melibatkan partisipasi anak, akhiri kekerasan terhadap anak, kesehatan dan stop eksploitasi anak. Peserta yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini terdiri dari anak sekolah dan anak-anak gampong (desa) yang berada dekat dengan lokasi kegiatan. Desa yang direncanakan menjadi tempat kegiatan yaitu Gampong Alue Deah Teungoh. Seanjutnya, untuk berlangsungnya kegiatan, panitia akan melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, Dinas Sosial Kota Banda Aceh, Dan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. pada kesempatan ini, panitia mengharapkan agar dinas-dinas yang kita undang mau berpartisipasi dalam memberikan informasi sesuai dengan programnya masing-masing.

Ketika sedang mendengarkan presentasi hasil diskusi untuk peringatan Hari Anak Nasional (HAN)
Dinas Pendidikan, panitia akan membahas isu pendidikan bagi anak-anak termasuk pendidikan untuk anak jalan. Menurut informasi yang diperoleh panitia, jumlah anak-anak yang hidup dijalan semakin meningkat. Tetapi, sampai sekarang belum ada tindakan dari pemerintah untuk mengatasi hal ini. Kemudian panitia juga akan berkoordinasi dengan  Dinas Sosial Kota Banda Aceh, untuk membahas bagaimana penanganan yang sudah dilakukan kepada anak-anak khususnya anak jalanan. Belum ada penanganan khusus yang dilakukan Dinas Sosial Kota Banda Aceh untuk anak jalanan baik dari segi pendidikan maupun pemberdayaan. Saat ini, Dinas Sosial Kota banda Aceh hanya melakukan pengembalian ke keluarga jika mereka menemukan kasus seperti ini, tanpa ada pendampingan yang lebih lanjut.  Selanjutnya, Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh juga menjadi target terkait isu "Vaksin Palsu" yang sekarang sedang hangatnya dibicarakan. Kita juga ingin tahu dan memastikan, apakah vaksin palsu itu, masuk ke Aceh atau tidak. Jikalau pun ada, Rumah Sakit mana saja yang teridentifikasi ada vaksin palsu ini, karena menurut berita yang beredar saat ini, kehadiran vaksin palsu ini sudah berlangsung selama kurang lebih 13 tahun.

"Jika kita membahas masalah anak-anak, bukan hanya faktor pendidikan saja yang penting, tetapi ada beberapa hal juga yang menurut saya perlu untuk dibahas, seperti pernikahan di bawah umur, meningkatnya kasus kekerasan seksual terhadap anak, dan lain sebagainya," kata Kak Putri, saat diskusi berlangsung. 

"Pengalaman tahun lalu, kegiatan HAN berjalan cukup sukses di Gampong Lambaro Skep yang diinisiasi oleh para mahasiswa dan remaja masjid yang berada di desa tersebut. Dalam proses penggalangan dana, seluruh warga Gampong Lambro Skep  turut berpartisipasi dengan memberikan sumbangan Rp 10.000 per KK. Dana yang terkumpul semua digunakan untuk kegiatan. Selain dana dari warga, kegiatan juga didukung oleh beberapa LSM lokal. untuk jenis permainan kita mengadakan perlombaan permainan tradisional." kata Nanda, selaku ketua panitia pada HAN tahun 2015.

Sebagai penutup diskusi, panitia menyusun agenda pertemuan berikutnya. Rencananya kegiatan akan dilaksanakan  pada tanggal 24 Juli 2016, bertempat di Gedung Escape Building Desa Alue Deah Teungoh. Peserta yang akan terlibat dalam kegiatan ini kurang lebih 100 orang anak-anak, baik yang sekolah maupun anak-anak Gampong Alue Deah Teungoh. Rapat kali ini, dihadiri oleh Yayasan Anak Bangsa (YAB), Yayasan PULIH, Young Voices Indonesia Aceh, Solidaritas Perempuan (SP), Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Aceh, Puliher Institut dan lain-lain.

     

Related Posts:

Pertemuan Persiapan Simulasi Tanggap Bencana Bagi Penyandang Disabilitas Kota Banda Aceh (Tindaklanjut SOP)


                                                                                                                  
Fahmi (karyawan IOM) Memfasilitasi rapat tindaklanjut SOP
Tanggap Bencana Bagi Penyandang Disabilitas
Banda Aceh, 20/7/2016 -- kembali rapat pertemuan tindaklanjut SOP tentang Tanggap Bencana bagi Penyandang Disabilitas Kota Banda Aceh dan Aceh Besar dilaksanakan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh (18/7/2016). Rapat koordinasi ini dihadiri oleh International Organization for Migration (IOM) selaku lembaga donor yang mensupport kegiatan, Natural Aceh selaku lembaga yang melakukan penelitian, Forum Keluarga Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA) selaku organisasi pelaksana, Young Voices Indonesia Aceh selaku lembaga yang mendukung kegiatan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh selaku tuan rumah pada rapat kali ini. 

Rencananya tempat kegiatan akan dilaksanakan di Gedung Escape Building Desa Dayah Gelumpang. Tujuan dari simulasi ini  untuk melatih kemandirian penyandang disabilitas, keluarga dan lingkungan dalam menghadapi bencana. Simulasi akan dilakukan bersama-sama antara Kota Banda Aceh dan Kab. Aceh Besar. Jumlah peserta yang akan terlibat semuanya berjumlah 200 orang dengan rincian, 10 orang penyandang disabilitas grahita dan 10 orang pendamping (keluarga), 30 orang penyandang disabilitas  rungu, 30 orang penyandang disabilitas daksa, 30 orang penyandang disabilitas netra, dan 90 orang relawan dan panitia yang terlibat dalam kegiatan ini. 

Selain Gedung Escape Building, masih ada dua tempat lagi yang memungkinkan untuk dijadikan lokasi kegiatan yaitu Gedung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh dan Museum Tsunami. Namun,ada beberapa hal yang menjadi kendala untuk dua gedung ini. BPBD Kota Banda Aceh belum tersedianya aksesibilitas bagi pengguna kursi roda. Sedangkan Museum Tsunami, terlalu ramai pengunjung sehingga menjadi kendala juga bagi panitia nantinya. 
     
Natural Aceh, memberikan ide tempat untuk pelaksanaan kegiatan.
Untuk peserta simulasi akan melibatkan semua jenis disabilitas. Khusus untuk Penyandang disabilitas tunagrahita, kita akan langsung meminta pendamping (keluarga) karena kita akan kesulitan mendampingi mereka. Tema kegiatan kali ini adalah Simulasi Tanggap Darurat Gempa Bumi dan Tsunami bagi Penyandang Disabilitas Kota Banda Aceh. Bentuk simulasi yang akan dilakukan nantinya adalah mulai dari melatih kemandirian (yang dilakukan sendiri oleh penyandang disabilitas, keluarga dan lingkungan) sampai dengan penanganan pasca bencana (yang melibatkan pihak luar seperti dinas-dinas, relawan dan pihak terkait lainnya).   

Peserta rapat sedang membahas bentuk kegiatan 

Rencana pertemuan selanjutnya akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 21 Juli 2016, di MC Cafe. Pembentukan panitia,waktu pelaksanaan, rencana kerja (hari H), serta scenario kegiatan, akan dibahas. Ini untuk mempermudah tim dalam menyusun langkah demi langkah rencana yang akan dilakukan sampai ke hari pelaksanaan. 


Related Posts:

Partisipasi Positif Penyandang Disabilitas Kota Banda Aceh dalam PEMILUKADA

Partisipasi positif penyandang disabilitas Kota Banda Aceh dalam PEMILUKADA
Foto bersama di Rumah Ibu Illiza Sa'aduddin Jamal (Walikota Banda Aceh)
Banda Aceh, 13/7/2016--Menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA), para penyandang disabilitas Kota Banda Aceh sudah mulai melakukan penglobian kepada para calon pemimpin untuk bertatap muka agar bisa menyampaikan aspirasi dan rencana kerja masing-masing. Momen silaturrahim di Hari Raya Idul Fitri juga dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk menyampaiakan program kerja organisasi sekaligus mempresentasikan pembentukan tim Sukses inklusi sebagai wujud partisipasi positif mereka dalam Pemilu kali ini.

Pada tanggal 8 Juli 2016, kurang lebih 20 orang penyandang disabilitas dan non disabilitas berkunjung ke rumah ibu Illiza Sa’aduddin Djamal (walikota Banda Aceh) untuk silaturrahim. Kunjungan ini sekaligus menyampaikan ide dan aspirasinya menuju Banda Aceh menjadi Kota Madani. Penyandang disabilitas yang hadir terdiri dari penyandang disabilitas netra, disabilitas daksa, disabilitas rungu dan non disabilitas.

Kunjungan ini difasilitasi oleh Bapak Syarifuddin selaku ketua Lembaga Pemberdayaan Sumberdaya Tunanetra Aceh (LEMPESTA) Kota Banda Aceh dan Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA), memaparkan rencana program kerja serta rencana pembentukan Tim Sukses Inklusi yang nantinya akan bekerja. Beliau juga mengatakan, “Apa saja yang akan dilakukan oleh Tim Sukses Inklusi  ini, kami sudah menyusunnya bersama-sama. Namun demikian, kami tetap memerlukan masukan dan dukungan dari ibu. Dengan adanya dukungan dari ibu, itu akan menjadi modal untuk kami bisa bekerja nantinya.”

“Tim Sukses Inklusi ini sudah bisa bekerja sebagaimana mestinya. Dengan terbentuknya tim ini, mudah-mudahan program Banda Aceh Kota Madani sudah sejalan dengan program inklusi yang teman-teman sampaikan. Oleh karena itu, Tim Sukses Inklusi  bisa menjalankan kewajibannya dan juga akan mendapatkan haknya juga. Semoga kota madani yang menjadi impian kita semua bisa menjadi kota yang dapat mendukung kebutuhan penyandang disabilitas, perempuan, anak-anak dan semua orang tentunya.” kata Illiza Sa’aduddin Djamal (walikota Banda Aceh).

Selanjutnya, Sebagai orang yang bergelut di organisasi, tentu masing-masing organisasi udah punya program kerja sendiri-sendiri. Saat ini FKMBKA bekerjasama dengan IOM dalam program tanggap bencana. Rencananya pada bulan Agustus simulasi tanggap bencana akan dilaksanaakan. Pada simulasi ini akan melibatkan banyak orang terutama penyandang disabilitas. Rencananya kegiatan ini akan dilaksnaakan dua kali. Yang pertama akan disupport langsung IOM sebelum berakhirnya program mereka di Aceh dan yang kedua FKMBKA akan melakukan sendiri melalui support DRFA.

Selain program tanggap bencana, kita juga focus pada isu aksesibilitas. Pada bulan Mei yang lalu kita sudah pernah melakukan survey aksesibilitas halte trans kutaradja. Dari hasil survey , halte Trans Kutardja tidak ada yang akses bagi penyandang isabilitas. Kegiatan ini kita lakukan atas kerjasama beberapa organisasi diantaranya Young Voices Indonesia Aceh, Himpunan Wanita Penyandang Disabilitas (HWDI) Aceh, Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Aceh, ketua Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA), Lembaga Pemberdayaan Sumberdaya Tunanetra Aceh (LEMPESTA), Komunitas Tunarungu, Natural Aceh, dan para relawan.

Kemudian, pendataan disabilitas Kota Banda Aceh saat ini juga menjadi perhatian kami di organisasi. Sampai saat ini, data penyandang disabilitas tidak ada yang akurat. Tahun lalu kami memperoleh informasi dari Dinas Sosial Kota Banda Aceh, bahwa jumlah penyandang dabilitas ada 600 orang. Tapi tahun ini, kita mendapat informasi bahwa tahun ini data penyandang disabilitas tinggal 500 orang.

“Program tanggap bencana dan aksesibilitas memang menjadi focus kerja kami selaku orang yang aktif  di organisasi. Namun yang tidak kalah pentingnya juga, peningkatan kapasitas dan sumber daya penyandang disabilitas juga harus diperhatikan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan lapangan kerja. Untuk bidang pendidikan, harapannya pendidikan inklusi yang sekarang sedang berjalan di Kota Banda Aceh, lebih ditingkatkan agar kesempatan bagi penyandang disabilitas memperoleh pendidikan yang baik dan layak serta mampu bersaing dengan masyarakat pada umumnya. Dari hasil survey yang pernah Young Voices Indonesia Aceh lakukan pada tahun 2015, sekolah reguler yang mendapat SK sebagai sekolah inklusi, belum berjalan dengan semestinya. Bahkan tenaga pendidikpun masih belum faham apa yang dimaksud dengan iklusi. Untuk Aceh saat ini, penyandang disabilitas sangat jarang yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas. Ini dikarenakan minimnya peluang  bagi mereka untuk mengakses pekerjaan. Motivasi dan dukungan untuk kuliah tidak mereka peroleh baik dari keluarga maupun lingkungannya. Setelah menyelesaikan kuliah mereka tidak tau mau dibawa kemana ilmunya. Masih ada anggapan, selesai kuliah untuk apa? Mau bekerja dimana? Ini yang selalu menjadi pertanyaan. Harapannya, dengan dibukanya kesempatan dan adanya penerimaan penyandang disabilitas untuk bekerja, maka akan semakin besar kesempatan dan motovasi bagi penyandang disabilitas untuk kuliah dan mengakses pekerjaan yang layak. ” kata Erlina Marlinda selaku Facilitator Young Voices indonesia Aceh.

Baca Juga:

Related Posts:

Reunian, Alumni Handicap International Aceh

Reunian, Alumni Handicap International Aceh….

Foto bersama Alumni Handicap International

Dua tahun sudah Handicap International berakhir di Aceh. Tapi, program yang pernah diusung dan dikembangkan di Aceh sampai sekarang masih diperjuangkan oleh penyandang disabilitas Aceh dan aktivis disabilitas yang konsen terhadap isu disabilitas, karena kesetaraan yang diimpikan sampai sekarang masih belum berpihak kepada penyandang disabilitas.

Saat sedang berbuka
Tanggal 3 Juli 2016 / 27 Ramadhan, alumni karyawan Handicap International berkumpul untuk kegiatan buka puasa bersama di café Raja Kuliner simpang lima komplek Kodam. Kurang lebih 40 orang eks karyawan Handicap International menghadiri acara ini. Ramah tamah yang sudah lama tidak terjalin menjadi momen kebersamaan keluarga besar alumni Handicap International. Harapannya, kegiatan ini tidak hanya terjadi saat puasa saja, tetapi akan terus ada setiap saat.


Walaupun Handicap International sudah tidak ada di Aceh, tapi semangat orang-orang yang pernah bekerja disana masih ada sampai sekarang. Mereka masih menyuarakan isu disabilitas dimanapun selama ada ruang dan kesempatan. Adapun program yang pernah ada di Aceh, diantaranya aksesibilitas (fisik dan non fisik), Advokasi dan Inklusi, pengembangan dan pendampingan organisasi disabilitas, Pendataan Disabilitas, dan Pusat Informasi Difabel Aceh (PIDA). 


Sedang menunggu serine berbuka

Foto bersama Pak Dalimi

Foto bersama alumni karyawan Handicap International


Baca Juga:


Related Posts:

Keluargaku juga Pelaku

Disabilitas Kembali menjadi Korban….

Kekerasan seksual yang sering terjadi pada penyandang disabilitas


Banda Aceh, 9/7/2016 -- Kekerasan seksual dan fisik terhadap penyandang disabilitas kembli terjadi di Bumi Serambi Mekah. Anita (nama samaran) seorang penyandang disabilitas ganda (tunarungu dan tunadaksa) yang berasal dari Kab. Aceh Barat, Merbo, menjadi korban hingga melahirkan. Menurut informasi Kekerasan yang dialami Anita, dilakukan oleh keluarganya sendiri. Sekarang, kasus ini sedang ditangani oleh Badan Pemberdayaan Peremuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Aceh.  
 
Dalam penanganan kasus BP3A memiliki peran penuh . Sedangkan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Aceh selaku organisasi yang konsen terhadap isu perempuan penyandang disabilitas, diminta untuk ikut melakukan pendampingan kepada korban.

Saat ini, Anita dan bayinya sudah di bawa ke RS Bahayangkara dibawah pengawasan BP3A Aceh. Informasi yang diperoleh, Dia (Anita) tidak akan dikembalikan ke Kab. Aceh Barat sebelum ada kepastian  perlindungan untuk korban dari BP3A Kab. Aceh Barat,.      

Kekerasan fisik (pemukulan) untuk membungkam



Related Posts:

Solidaritas Tunarungu Kembali di Buktikan

Solidaritas Komunitas Tunarungu kembali di Buktikan…



Komunitas tunarungu foto bersama Anita
di Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (YPAB) Aceh 
Banda Aceh, 9/7/2016--Kebersamaan dan kepedulian komunitas tunarungu kembali terbukti. Ini terlihat saat kita bersama-sama mengunjungi Anita (nama samaran), di Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (YPAB) Kab. Aceh Besar. Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memberi motivasi dan semangat kepada Anita atas apa yang telah ia alami. Adapun lembaga/organisasi yang ikut berpartisipasi adalah Young Voices Indonesia Aceh, Lembaga Pemberdayaan Sumberdaya Tunanetra Aceh (LEMPESTA) dan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Aceh, pada tanggal 30 Juni 2016 yang lalu.

Anita tinggal di YPAB selama satu bulan, sejak tanggal 1 Juni 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016. Sebelum di YPAB, Anita tinggal di rumah aman Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Aceh selama kurang lebih tiga bulan, di bawah pengawasan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Aceh. Selama di YPAB, Anita dibantu oleh seorang pengasuh untuk merawat bayinya karena dia belum mampu mengasuh sendiri. Anita sangat bahagia dan selalu tersenyum ketika bertemu dengan teman-teman tunarungu lainnya.

Komunitas Tunarungu saat berkunjung
ke Yayasan  Pembinaan Asuhan bunda (YPAB) Aceh
Walaupun sesama tunarungu, mereka agak kesulitan melakukan komunikasi dengan Anita, karena dia tidak bisa bahasa isyarat pendidikan/sekolahan, ia hanya menggunakan bahasa ibu (bahasa isyarat dirumahnya). Ini disampaikan oleh Santi, penyandang tunarungu sekaligus leader di komunitas tunarungu . Ia berkata dengan bahasa isyarat, “susah, ngomongnya. Kami tidak tahu karena bahasanya lain. Tapi, kami tahu satu-satu apa yang dia bilang. Selain itu, kami senang karena Anita bahagia saat melihat kami.”


Kepedulian tunarungu terhadap sesamanya, tidak hanya sebatas kunjungan saja. Mereka juga bersedia membantu mencarikan dana untuk Anita, jika itu memang dianggap perlu. Mereka siap turun ke lapangan untuk memberikan dukungan kepada Anita. Mereka tidak akan ragu untuk menolong sesamanya. Mereka berencana akan melakukan aksi bersama untuk membantu dan memperjuangkan hak  Anita. “Kami mau bantu Anita dan bayinya,”  kata Santi selaku leader. 

Foto bersama di YPAB

Related Posts: