Partisipasi Positif Penyandang Disabilitas Kota Banda Aceh dalam PEMILUKADA

Partisipasi positif penyandang disabilitas Kota Banda Aceh dalam PEMILUKADA
Foto bersama di Rumah Ibu Illiza Sa'aduddin Jamal (Walikota Banda Aceh)
Banda Aceh, 13/7/2016--Menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA), para penyandang disabilitas Kota Banda Aceh sudah mulai melakukan penglobian kepada para calon pemimpin untuk bertatap muka agar bisa menyampaikan aspirasi dan rencana kerja masing-masing. Momen silaturrahim di Hari Raya Idul Fitri juga dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk menyampaiakan program kerja organisasi sekaligus mempresentasikan pembentukan tim Sukses inklusi sebagai wujud partisipasi positif mereka dalam Pemilu kali ini.

Pada tanggal 8 Juli 2016, kurang lebih 20 orang penyandang disabilitas dan non disabilitas berkunjung ke rumah ibu Illiza Sa’aduddin Djamal (walikota Banda Aceh) untuk silaturrahim. Kunjungan ini sekaligus menyampaikan ide dan aspirasinya menuju Banda Aceh menjadi Kota Madani. Penyandang disabilitas yang hadir terdiri dari penyandang disabilitas netra, disabilitas daksa, disabilitas rungu dan non disabilitas.

Kunjungan ini difasilitasi oleh Bapak Syarifuddin selaku ketua Lembaga Pemberdayaan Sumberdaya Tunanetra Aceh (LEMPESTA) Kota Banda Aceh dan Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA), memaparkan rencana program kerja serta rencana pembentukan Tim Sukses Inklusi yang nantinya akan bekerja. Beliau juga mengatakan, “Apa saja yang akan dilakukan oleh Tim Sukses Inklusi  ini, kami sudah menyusunnya bersama-sama. Namun demikian, kami tetap memerlukan masukan dan dukungan dari ibu. Dengan adanya dukungan dari ibu, itu akan menjadi modal untuk kami bisa bekerja nantinya.”

“Tim Sukses Inklusi ini sudah bisa bekerja sebagaimana mestinya. Dengan terbentuknya tim ini, mudah-mudahan program Banda Aceh Kota Madani sudah sejalan dengan program inklusi yang teman-teman sampaikan. Oleh karena itu, Tim Sukses Inklusi  bisa menjalankan kewajibannya dan juga akan mendapatkan haknya juga. Semoga kota madani yang menjadi impian kita semua bisa menjadi kota yang dapat mendukung kebutuhan penyandang disabilitas, perempuan, anak-anak dan semua orang tentunya.” kata Illiza Sa’aduddin Djamal (walikota Banda Aceh).

Selanjutnya, Sebagai orang yang bergelut di organisasi, tentu masing-masing organisasi udah punya program kerja sendiri-sendiri. Saat ini FKMBKA bekerjasama dengan IOM dalam program tanggap bencana. Rencananya pada bulan Agustus simulasi tanggap bencana akan dilaksanaakan. Pada simulasi ini akan melibatkan banyak orang terutama penyandang disabilitas. Rencananya kegiatan ini akan dilaksnaakan dua kali. Yang pertama akan disupport langsung IOM sebelum berakhirnya program mereka di Aceh dan yang kedua FKMBKA akan melakukan sendiri melalui support DRFA.

Selain program tanggap bencana, kita juga focus pada isu aksesibilitas. Pada bulan Mei yang lalu kita sudah pernah melakukan survey aksesibilitas halte trans kutaradja. Dari hasil survey , halte Trans Kutardja tidak ada yang akses bagi penyandang isabilitas. Kegiatan ini kita lakukan atas kerjasama beberapa organisasi diantaranya Young Voices Indonesia Aceh, Himpunan Wanita Penyandang Disabilitas (HWDI) Aceh, Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Aceh, ketua Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA), Lembaga Pemberdayaan Sumberdaya Tunanetra Aceh (LEMPESTA), Komunitas Tunarungu, Natural Aceh, dan para relawan.

Kemudian, pendataan disabilitas Kota Banda Aceh saat ini juga menjadi perhatian kami di organisasi. Sampai saat ini, data penyandang disabilitas tidak ada yang akurat. Tahun lalu kami memperoleh informasi dari Dinas Sosial Kota Banda Aceh, bahwa jumlah penyandang dabilitas ada 600 orang. Tapi tahun ini, kita mendapat informasi bahwa tahun ini data penyandang disabilitas tinggal 500 orang.

“Program tanggap bencana dan aksesibilitas memang menjadi focus kerja kami selaku orang yang aktif  di organisasi. Namun yang tidak kalah pentingnya juga, peningkatan kapasitas dan sumber daya penyandang disabilitas juga harus diperhatikan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan lapangan kerja. Untuk bidang pendidikan, harapannya pendidikan inklusi yang sekarang sedang berjalan di Kota Banda Aceh, lebih ditingkatkan agar kesempatan bagi penyandang disabilitas memperoleh pendidikan yang baik dan layak serta mampu bersaing dengan masyarakat pada umumnya. Dari hasil survey yang pernah Young Voices Indonesia Aceh lakukan pada tahun 2015, sekolah reguler yang mendapat SK sebagai sekolah inklusi, belum berjalan dengan semestinya. Bahkan tenaga pendidikpun masih belum faham apa yang dimaksud dengan iklusi. Untuk Aceh saat ini, penyandang disabilitas sangat jarang yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat universitas. Ini dikarenakan minimnya peluang  bagi mereka untuk mengakses pekerjaan. Motivasi dan dukungan untuk kuliah tidak mereka peroleh baik dari keluarga maupun lingkungannya. Setelah menyelesaikan kuliah mereka tidak tau mau dibawa kemana ilmunya. Masih ada anggapan, selesai kuliah untuk apa? Mau bekerja dimana? Ini yang selalu menjadi pertanyaan. Harapannya, dengan dibukanya kesempatan dan adanya penerimaan penyandang disabilitas untuk bekerja, maka akan semakin besar kesempatan dan motovasi bagi penyandang disabilitas untuk kuliah dan mengakses pekerjaan yang layak. ” kata Erlina Marlinda selaku Facilitator Young Voices indonesia Aceh.

Baca Juga:

Related Posts:

0 Response to "Partisipasi Positif Penyandang Disabilitas Kota Banda Aceh dalam PEMILUKADA"

Post a Comment